Parigi Moutong, HALOSulteng – Bulan Ramadan adalah bulan yang paling didambakan oleh umat muslim diseluruh penjuru dunia, bulan yang begitu identik dengan nuansa kegembiraan serta kebersamaan, dimana masing-masing keluarga berkumpul untuk menyambutnya dengan penuh kelembutan kasih sayang.
Tetapi Bulan Ramadhan 1446 Hijriah, aku merasa suasananya terasa begitu berbeda dari sebelumnya, tanpa kehadiran seorang yang istimewa di hidupku. Biasanya, rumah ramai dengan suara-suara ria gembira dan aroma masakan kini terasa sunyi senyap seperti tertutup kegelapan.
Ramadhan tahun kemarin saya selalu dimanjakan makanan sahur dan berbuka puasa dengan masakan kesukaanku. Tapi, sekarang memasak santapan sahurpun aku hanya sendiri ditemani rindu yang tak ada batasnya. Seolah rindu ini tak bertuan.
Sahur yang biasanya bersama-sama sambil bercerita kini seperti kenangan yang lenyap seketika ditelan bumi. Tanpa engkau aku hanya bisa menangis didalam hati merasakan pahitnya kehidupan tanpa kehadiran sosok malaikat yang tak bersayap yaitu ibu.
Tepatnya Bulan Ramadhan kali ini, kau telah pergi selama 6 bulan meninggalkanku untuk selama lamanya dari hidupku.
Ibu, engkau begitu sabar dalam magajari ku dari sejak usia 7 tahun hingga sampai dewasa saat ini. Orang yang selalu memberiku motivasi saat aku menempuh jenjang kuliah sampai aku berhasil menyelesaikan studi.
Engkau memang tidak pernah belajar etika dan sopan santun disekolah tapi adabmu kepada semua orang sungguh sangat baik. Engkau tidak pernah belajar baca tulis namun engkau mampu membaca perasaan anakmu jika sedang dalam keadaan bersedih.
Entah semua apa yang engkau pernah berikan serta ajarkan kepadaku, aku hanya bisa mendo’a kan semoga segala kebaikanmu tercatat sebagai amal baikmu dialam sana. Meskipun rindu ini tak bisa terobati oleh apapun, namun ku sadar bahwa aku hanyalah manusia biasa yang hanya mengikuti skenario sang pencipta.
Akan tetapi ada satu nasihat yang saya ingat sampai detik ini, dari ibu bahwa ia selalu mengajarkan untuk saling membantu sesama. “njoo o’too tutu’uu mongi turunee kankai liowe duluii” (Kalau ada orang yang batul-betul minta bantuan harap dibantu). Semoga nasihat ini akan selalu diingat serta ku terapakan dikehidupan.
Akhir kata siapapun yang membaca tulisan ini, aku hanya berpesan jika orang tua kalian masi ada, Khususnya Ibu tolong luangkan waktu dengan meminta maaf apabila selama ini telah menyakiti hatinya, sayangilah ia, serta jangan pernah membentaknya meskipun dalam keadaan marah sekalipun. seperti lirik lagu roma irama “kalau sudah tiada baru terasa”. Karna penyesalan merupakan hal yang tidak bisa terulang kembali.
Penulis : Kaur Pemdes Ulatan, Mohammad Yalil
Baca juga : Warisan Seribu Bulan