HALO Parigi Moutong

Keberhasilan Siswa SMP Negeri 1 Palasa Memukau Penonton di Penutupan FTT Parigi Moutong

×

Keberhasilan Siswa SMP Negeri 1 Palasa Memukau Penonton di Penutupan FTT Parigi Moutong

Sebarkan artikel ini
whatsapp image 2025 11 23 at 19.13.21
Siswi SMP Negeri 1 Palasa menunjukan tarian Nosulusuba di penutupan FTT, bertempat di Sail Tomini. Foto : Ayhi Salumpu.

Parigi Moutong, HALOSulteng Penampilan memukau siswi SMP Negeri 1 Palasa berhasil menyita perhatian penonton pada panggung akbar Festival Teluk Tomini (FTT) 2025, Sabtu (22/11/2025).

Membawakan tarian ritual khas suku Lauje, “Nosulusuba”, para pelajar ini tampil penuh percaya diri dan menjadi sorotan dalam pergelaran terbesar di Parigi Moutong tersebut.

Kepala SMPN 1 Palasa, Dra. Herlina S Dape menyampaikan, rasa bangga yang mendalam atas keberhasilan para siswanya yang membawa nama baik sekolah dan Kecamatan Palasa di tingkat kabupaten.

“Saya atas nama pribadi dan pimpinan sangat bangga atas keberhasilan anak-anak yang tampil memukau di panggung FTT, membawa nama sekolah dan kecamatan Palasa,” ujarnya.

Tahun ini menjadi momen istimewa bagi SMPN 1 Palasa karena untuk pertama kalinya sekolah tersebut dipercaya oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Parigi Moutong untuk berpartisipasi dalam ajang FTT serta program Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) 2025.

Tarian Nosulusuba yang dibawakan merupakan tarian ritual masyarakat suku Lauje. Tarian ini dipercaya dilakukan ketika bayi atau anak menangis tiba-tiba, terutama pada malam hari. Keunikan dan nilai budaya yang terkandung di dalamnya membuat tarian ini menjadi daya tarik tersendiri di panggung FTT.

Koreografi Tarian Nosulusuba yang diajarkan oleh Hermawan Lida menampilkan perpaduan gerak lembut dan ritmis yang menggambarkan suasana ritual masyarakat suku Lauje ketika menenangkan anak atau bayi yang menangis tiba-tiba pada malam hari.

Hermawan Lida merangkai setiap gerakan dengan detail, mulai dari ayunan tangan yang menyerupai belaian, langkah kaki teratur yang menciptakan kesan magis, hingga formasi kelompok yang menunjukkan kebersamaan dalam menjaga harmoni manusia dan alam.

Herlina S Dape mengungkapkan, bahwa persiapan dilakukan dengan mengoordinir siswa serta memenuhi seluruh kebutuhan penampilan.

Sementara, busana penari dirancang khusus dan disiapkan jauh hari oleh Hj. Zulfia, S.Pd, sehingga tampil dengan estetika yang kuat dan selaras dengan karakter tarian.

Meski sempat menghadapi tantangan, terutama terkait konsentrasi para pelajar saat latihan, seluruh proses akhirnya berjalan lancar.

“Tantangan terbesar biasanya pelatih anak-anak kurang konsen, tetapi saat kegiatan berlangsung alhamdulillah semua berjalan sesuai rencana,” jelas pihak sekolah.

Ia juga menyampaikan harapan agar kesenian tradisional seperti tarian daerah mendapatkan perhatian lebih dari berbagai pihak. Menurutnya, seni budaya merupakan aset penting yang dapat mendukung pariwisata daerah.

“Kegiatan seperti tarian tradisional harus lebih diperhatikan dan diapresiasi. Ini bisa menjadi aset untuk menarik wisatawan. Banyak yang datang ke Indonesia untuk menikmati keindahan alam sekaligus budaya, termasuk budaya kita di Parigi Moutong,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *