Parigi Moutong, HALOSulteng.com – Sipoondong begitu penyebutan masyarakat Suku Lauje untuk ilmu pengasihan.
Barangkali Sipoondong memiliki kesamaan dengan ilmu gendam yang familiar di telinga orang Jawa. Ilmu gendam dapat memanipulasi pikiran atau kesadaran seseorang. Bahkan, ilmu gendam biasanya di kaitkan dengan hipnotis.
Konon, orang yang terkena Sipoondong bisa menuruti semua kemauan dari pemilik ilmu tersebut.
Sipoondong memiliki metode yang berbeda-beda. Tergantung kepada siapa seseorang mempelajari ilmu ini. Ada yang berbentuk rapalan mantra untuk digunakan ketika mandi dan ada pula dengan gerakan tertentu atau disebut syara. Selain itu, cara kerja Sipoondong terbagi dua yakni jarak jauh dan jarak dekat.
Sipoondong dengan metode rapalan mantra biasanya diterapkan oleh seseorang yang terpisah karena jarak. Sedangkan, Sipoondong syara digunakan saat kedua orang saling bertemu.
Almarhum Nenek saya pernah bercerita, suatu ketika seorang pria yang berusia sekira 56 tahun datang kepadanya. Pria itu meminta tolong kepada Almarhum Nenek saya untuk mendatangkan kembali istrinya yang sudah lama tak kunjung pulang.
Merasa kasihan dengan pria yang kesepian itu, Almarhum Nenek saya pun menggeluarkan ilmu Sipoondong miliknya. Pria itu di berikan sebuah rapalan mantra.
Almarhum Nenek menggunakan bahasa Kaili karena ia merupakan Suku Kaili.
Seingat saya, rapalan mantra Sipoondong itu berbunyi “Duduku dilai-dilai aku rimatamatama, raraku hauw si iya (nama perempuan) rarana hauw si yaku (nama pria). Diakhiri dengan ucapa kun fa yakun,” ujar Almarhum Nenek.
Rapalan mantra itu terlebih dahulu ditiupkan pada air yang dipakai untuk mandi saat menjelang salat maghrib tiba. Tepatnya, pada hari kamis.
Singkat cerita, hanya berselang 3 hari. Istri dari pria itu mengetuk pintu rumah dan pulang kembali ke pangkuannya. Pria itu menceritakan kepada Almarhum Nenek, bahwa istrinya gelisah jika tak melihat wajahnya secara langsung.
Nah, itulah salah satu diantara kegunaan Sipoondong. Tetapi tidak sedikit juga orang yang mempelajari Sipoondong, digunakan untuk sesuatu yang tidak baik.
Sejenak saya berpikiran, di momen Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024. Khususnya di Kabupaten Parigi Moutong. Apakah mungkin jika Sipoondong dipakai oleh tim kandidat tertentu.
Sehingga pemilih merasa kasihan dan mengikuti keinginan dari tim tersebut, untuk memilih kandidat jagoannya. Dengan begitu, kandidat itu akan meraup suara yang banyak.
Namun, ini hanya sekedar guyonan saja. Hal terpenting dari kandidat adalah membekali tim dengan strategi melalui konsultan politik.
Tentunya, setiap kandidat punya metode untuk memikat hati para pemilih, baik, dengan cara pendekatan persuasif maupun janji politik.
Siapapun kandidat yang akan terpilih sebagai Bupati dan Wakil Bupati Parigi Moutong kedepannya adalah pilihan dari masyarakat. Tanggungjawab bagi seorang pemimpin adalah menjalankan visi dan misinya serta menunaikan janji politik.